2011/07/07

Radang Sekecil Apapun Bisa Mengganggu Penyerapan Zat Besi

img


Pemberian suplemen zat besi merupakan salah satu solusi untuk mengatasi anemia yang angkanya masih tinggi di Asia Tenggara. Namun solusi ini dinilai kurang berhasil, salah satunya karena adanya inflamasi atau radang sering terabaikan.

Selama ini, radang yang bisa mempengaruhi penyerapan zat besi hanya radang yang kelihatan dan dipicu oleh infeksi. Karena itu, pemberian suplemen zat besi di daerah endemik malaria masih menjadi kontroversi karena beberapa ahli menilainya justru bisa memperparah infeksi.

Namun penelitian terbaru di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) membuktikan, radang yang ringan dan tidak kelihatan (subklinis) juga bisa menghambat penyerapan zat besi. Temuan ini dinilai bisa menjawab kenapa pemberian suplemen seringkali kurang berhasil mengatasi anemia.

"Saya tidak mengatakan gagal, tapi secara umum kurang berhasil. Salah satunya ya itu tadi, ternyata ada inflamasi yang tidak kelihatan," ungkap spesialis anak dari FKUI, Prof dr Arwin Ali Purbaya Akib, SpA(K) yang menjadi promotor dalam penelitian untuk meraih gelar doktor tersebut, saat ditemui di FKUI, Rabu (6/7/2011).

Dr Min Kyaw Htet, MMedSc, warga negara Myanmar yang melakukan penelitian tersebut melibatkan 1.269 siswi SMA di wilayah Irrawaddy, Myanmar dengan usia rata-rata 19 tahun. Seluruh partisipan bebas dari hemoglobinopati, yakni kondisi pemicu anemia selain defisiensi besi misalnya Thalasemia.

Tingginya jumlah penerita anemia atau kurang gizi, khususnya yang disebabkan oleh defisiensi atau kekurangan zat besi tidak hanya terjadi di Indonesia. Negara berkembang lain di wilayah Asia Tenggara juga masih mengalaminya, salah satunya Myanmar.

Hal itu diakui oleh Dr Min, yang beberapa tahun silam juga terlibat dalam penelitian tentang anemia zat besi di Kepulauan Seribu. Menurutnya jumlah penderita anemia di Myanmar masih mencapai 60 persen, lebih tinggi dari Indonesia jika dilihat persentasenya.

"Myanmar dan Indonesia punya kondisi yang kurang lebih sama, baik dari pola makan maupun gaya hidupnya. Bedanya penduduk Indonesia mencapai 200-an juta sementara di Myanmar hanya sekitar 56 juta jiwa," ungkap Dr Min, usai dinyatakan lulus dalam sidang promosi doktoralnya di FKUI pada Rabu 6 Juli 2011.

Dr Min meraih gelar doktor dengan predikat cum laude dari FKUI, setelah mempresentasikan desertasi berjudul 'The Role of Sub-Clinical Inflamation on Haemoglobin response, Iron and Vitamin A Status of Myanmar Anaemiac Adolescent School Girls During Iron and Vitamin A Supplementation'.

Dr Min menilai, pemberian suplemen zat besi masih dibutuhkan untuk mengatasi anemia defisiensi besi. Namun berdasarkan hasil penelitiannya, adanya inflamasi harus diperhatikan dan jika perlu harus disertai pemberian suplemen vitamin A untuk meredakan radang tersebut.

sumber : http://www.detikhealth.com

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda