2011/10/31

Tes untuk Prediksi Sukses Tidaknya Kemoterapi

Jakarta, Salah satu pengobatan kanker yang banyak dilakukan adalah kemoterapi. Kini ada tes baru yang dirancang untuk mengetahui bagaimana efektivitas atau sukses tidaknya kemoterapi yang dilakukan pada pasien kanker.


Tes ini dirancang oleh para ilmuwan di Dana-Farber Cancer Institute yang akan memprediksi efektivitas dari obat kemoterapi berdasarkan sel-sel tumor dalam tubuh pasien sudah siap untuk kematian atau berada dalam kondisi priming.

Para peneliti melaporkan bahwa sel-sel kanker yang berada di ambang penghancuran diri lebih cenderung menyerah pada agen kemoterapi tertentu dibandingkan dengan sel-sel yang belum mencapai tahap tersebut.

Hasil temuan ini menunjukkan ada kemungkinan untuk memprediksi pasien kanker mana yang mendapatkan manfaat dari kemoterapi, serta untuk membuat obat kemoterapi agar lebih efektif dalam mendorong sel-sel tumor lebih dekat ke titik bunuh diri.

"Banyak agen kemoterapi yang bekerja dengan merusak struktur dalam sel kanker, terutama DNA dan mikrotubulus (tabung kecil yang digunakan untuk berbagai fungsi sel)," ujar penulis studi dari Dana-Farber, Anthony Letai, seperti dikutip dari IndiaVision, Senin (31/10/2011).

Letai menuturkan ketika kerusakan begitu luas dan tidak bisa diperbaiki, maka sel memulai proses yang dikenal sebagai apoptosis yang mana sel-sel ini akan mengorbankan diri untuk menghindari kerusakan pada keturunannya.

Peneliti menemukan sel-sel kanker yang lebih dekat ke ambang batas apoptosis akan lebih rentan terhadap kemoterapi. Untuk itu Letai dan kolega mengembangkan teknik yang disebut dengan BH3 profiling untuk mengukur seberapa dekat sel ini masuk ke tahap apoptosis.

Teknik ini berfokus pada mitokondria (struktur sel yang membuat keputusan untuk mati atau tidak) dan protein yang dikenal keluarga BCL-2. Dalam mitokondria ada beberapa protein BCL-2 yang mempromosikan apoptosis sementara yang lainnya tidak. Bagian yang dominan akan menentukan kehidupan sel untuk mati atau tidak.

Studi pertama diterapkan dalam sel-sel myeloma dari pasien kanker yang menerima kemoterapi. Diketahui adanya korelasi yang tinggi antara sel-sel kanker yang berada dalam kondisi priming dan yang paling rentan terhadap kemoterapi.

Kemoterapi terbukti paling berhasil dalam mengobati tumor jika memiliki mitokondria yang berada dalam kondisi priming lebih besar. Hasil studi ini telah diterbitkan secara online dalam jurnal Science.

sumber : detikhealth.com

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda